Terdapat minat yang besar terhadap campuran polimer. Hal ini didorong oleh pertimbangan bahwa mengembangkan bahan polimer baru dari monomer merupakan tugas yang sulit. Dalam banyak kasus, akan lebih hemat biaya untuk menyesuaikan sifat suatu bahan melalui pencampuran bahan-bahan yang sudah ada. Salah satu pertanyaan paling mendasar dalam campuran polymer adalah apakah dua polimer tersebut dapat bercampur atau tidak, sehingga membentuk satu fasa tunggal. Dalam banyak kasus akan berada dalam dua fasa terpisah. Dalam hal ini, morfologi dari fasa-fasa tersebut menjadi sangat penting. Jika campuran bersifat miscible (larut) dan membentuk satu fasa tunggal, maka akan terdapat satu suhu transisi gelas (Tg) yang bergantung pada komposisi campuran tersebut. Namun, jika terdapat dua fasa, campuran akan menunjukkan dua nilai Tg terpisah, masing-masing untuk setiap fasa yang ada. Dalam kasus di mana polimer dapat mengkristal, bagian yang kristalin akan menunjukkan titik leleh (Tm), bahkan jika kedua polimer tersebut membentuk campuran yang larut.
Meskipun campuran polymer yang larut ada, sebagian besar campuran polymer dengan berat molekul tinggi berada dalam bentuk material dua fasa. Pengendalian morfologi sistem dua fasa ini sangat penting untuk mencapai sifat yang diinginkan. Berbagai morfologi dapat terbentuk, seperti bola-bola polimer yang terdispersi dalam polimer lain, struktur lamelar, dan fasa yang saling terhubung (co-continuous phases). Akibatnya, sifat dari campuran tersebut bergantung secara kompleks pada jenis polimer yang digunakan, morfologi campuran, serta efek dari proses pengolahan, yang dapat mengarahkan orientasi fasa melalui gesekan.
Campuran polymer larut yang memiliki nilai komersial meliputi PPO-PS, PVC-karet nitril, dan PBT-PET. Campuran polimer larut menunjukkan satu Tg yang bergantung pada rasio komponen dalam campuran dan nilai Tg masing-masing komponen. Pada campuran polimer yang tidak larut (immiscible), komponen mayoritas sangat memengaruhi sifat akhir campuran. Campuran polimer tidak larut mencakup polimer yang diperkuat, di mana sebuah elastomer ditambahkan dan membentuk fasa kedua. Penambahan fasa elastomer secara dramatis meningkatkan ketangguhan campuran yang dihasilkan karena adanya fenomena crazing dan gesekan geser yang disebabkan oleh fasa karet. Contoh polimer yang diperkuat mencakup polistirena berdampak tinggi (HIPS), polipropilena yang dimodifikasi, ABS, PVC, nilon, dan lainnya. Selain polimer yang diperkuat, berbagai campuran dua fasa lainnya juga tersedia secara komersial. Contohnya termasuk PC-PBT, PVC-ABS, PC-PE, PP-EPDM, dan PC-ABS. (by : niginashq) #plasticpallet #plasticrecycle
Source : Modern Plastic Handbook (Charles A. Harper)